Suatu hari, seorang Arab Dusun mendatangi Rasulullah Saw. Ia menyatakan iman kepadanya, dan bertekad mengikutinya. Kepada Rasulullah Saw ia berkata, “Aku akan hijrah bersamamu.” Selanjutnya Nabi berpesan kepada sahabatnya untuk memperhatikan orang itu.
Pada waktu perang Khaibar, Rasulullah Saw membagikan ghanimah. Beliu mengambil bagiannya dan membagikan sisanya kepada para sahabatnya. Orang Dusun itu menunggu di belakang mereka.
Ketika ia datang, orang-orang memberikan bagiannya. Ia berkata, “Ini apa?” Mereka berkata, “Ini bagian yang diberikan Rasulullah untukmu.” Ia berkata: “Aku mengikuti engkau bukan karena ini. Aku mengikuti engkau supaya dikenai panah pada bagian ini (seraya menunjuk tenggorokannya), kemudian mati dan masuk surga.” Nabi Saw bersabda, “Jika engkau membenarkan Allah, Dia akan membenarkanmu.”
Kemudian ia bangkit memerangi musuh. Tidak lama kemudian dia dibawah ke hadapan Rasulullah. Anak panah menembus tempat yang ditunjuknya. Nabi bersabda, “Diakah ini?” Orang-orang berkata, ”Benar.” Rasulullah Saw bersabda, “ Ia membenarkan Allah dan Dia membenarkannya.”
Beliau lalu mengafaninya dengan jubahnya sendiri, meletakkannya di hadapannya dan menshalatkannya. Beliau terdengar berdoa, “Ya, Allah, inilah hamba-Mu. Keluar berhijrah di jalan-Mu. Terbunuh sebagai syahid. Aku menjadi saksi untuknya.” (Hayat al-Shahabat 1:510)
Berbeda dengan orang Arab Dusun itu, ada laki-laki aneh yang dikenal bernama Quzman.
Ia sering berperang bersama Rasulullah Saw. Tetapi apabila Nabi mendengar namanya, beliau bersabda, “Orang itu penghuni neraka!”
Pada perang Uhud, ia berperang dengan penuh semangat. Ia berhasil membunuh tujuh atau delapan orang musyrik. Ia punya kekuatan besar. Kemudian ia terluka dan dibawah ke rumah Bani Zhafr. Kaum muslim berkata kepadanya, “Demi Allah, Anda mendapat bala hari ini, hai Quzman. Berbahagialah.” Ia menjawab, “Untuk apa aku harus berbahagia? Demi Allah, aku berperang hanya semata-mata untuk kehormatan kaumku. Kalau bukan karena itu, aku tidak mau berperang.” Ketika luka makin parah, ia mengambil anak panah dari wajahnya dan membunuh diri.
Orang itu beramal besar, tetapi ia berangkat hanya untuk kehormatan kaumnya. Ia tidak berangkat dengan nama Allah.
Amal besarnya hanya membawanya kepada kebinasaan di dunia dan di akhirat.
Tetapi, amal, sekalipun kecil dan tidak luar biasa, akan membuahkan hasil yang abadi apabila dilakukan dengan nama Allah.
Disebutkan oleh Thabathabai, bahwa Allah ingin mengajarkan hamba-hamba-Nya untuk memulai segala pekerjaan dengan nama Allah Yang Agung. Melakukan amal dengan nama Allah, artinya kita melakukannya hanya karena Dia semata.
Allah Rabbul izzati memulai kitab-Nya dengan kalimat: Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Komentar
Posting Komentar